Embun mulai merintik di pertigaan malam yang perlahan bergulir,angin dingin menusuk tulang menerobos melalu ventilasi jendela kamar depan tempat aku membaringkan ragaku setiap malam tiba.Sayup terdengar senandung burung mulai merdu memecah hening pertanda pagi mulai mengelupas.Entahlah mata ini sulit terpejam sejak tadi malam anganku gelisah tidak menentu,sampai malampun telah beranjak mata inipun tidak bisa terpejam,padahal raga ini cukup letih semenjak pulang bekerja.
“Breenk breeng “ suara kucing menjatuhkan tong sampah depan rumah.Suara jengkrik masih sayup terdengar .Ada bunyi langkah kaki beberapa orang menuju ke mushola untuk shalat shubuh berjama’ah.
Adzan shubuh telah berkumandang berseru untuk umat muslim saatnya menjalankan ibadah sholat shubuh.Aku beranjak dari tempat tidur dan segera kekamar mandi untuk mandi pagi sekalian ambil air wudhu dan segera shalat shubuh.Seperti biasa aku selalu berdoa untuk Ibu dan ayah dan juga berdzikir sesaat.Di situlah aku menumpahkan segala penat mengadu dan berkeluh kesah pada Nya. Padahal lebih indah lagi jika dilakukan di pertigaan malam saat semua orang terlelap dalam mimpi kita bangun dan mengerjakan shalat tahajud.
Entahlah aku menangis tanpa sengaja air mataku berjatuhan membasahi sajadah ku.Tiba-tiba aku sangat merindukan ayahku.Merindukan sosoknya yang hangat dan penuh kasih sayang.Ayahku telah beristirahat dengan tenang disisi Allah SWT semenjak aku masih berusia 5 tahun.Ayahku seorang petani dan pengrajin caping (topi yang dipakai para petani yang berbentuk kerucut lebar) yang terbuat dari anyaman bambu apus.
Kata ibu almarhum ayahku tidak sakit parah waktu itu,hanya masuk angin dan kelelahan sepulang dari sawah.Ayahku seorang pekerja keras bahunya yang kekar dan legam terbakar matahari saat bekerja di sawah tak menyurutkan semangatnya untuk terus bekerja untuk menghidupi keluarga.Ayah dan ibu hanya mempunyai dua orang anak yaitu kakakku laki-laki yang bernama Hari Susanto dan aku nama lengkapku Emi Suyanti.
Sepulang dari sawah ayahku melanjutkan pekerjaan dirumah yaitu menganyam lembaran tipis bambu apus yang sudah dihaluskan siap dianyam untuk membuat topi caping.Kebetulan di rumah waktu itu ada beberapa pekerja yang setiap hari mengerjakan anyaman bambu.Kata ibuku jika sudah terkumpul semuanya mencapai satu mobil truk yang siap untuk dikirim dan dipasarkam ke daerah Lumajang dan Tulung Agung.
Ayahku seorang yang sangat sabar dan penyayang.Sosok ayah yang begitu hangat dan mengayomi bagi keluarga.Sebelum ayah meninggal kami menetap di sebuah desa Ringin Agung di Magetan.sekitar !3 kilometer dari Telaga Sarangan.Kami keluarga sederhana yang berkecukupan hidup penuh dengan kebahagiaan.
Kini aku merindukan kehangatan ayah tangan kekar yang pernah menggendongku, dan menbgusap-usap punggungku ketika aku mau tidur.Ayah juga sesekali mendongengkan aku cerita lucu yang mengantarkan aku tidur.Kini aku hanya bisa mengingat kenangan indah itu.Aku hanya punya satu foto peninggalan ayah sebagai obat kangen disaat aku merindukannya.
Aku hanya bisa berurai air mata karena menahan rasa kangen yang teramat sangat.JIka sedang dilanda rasa ini aku hanya bisa mengirimkan doa untuk alamrhum ayahku.Semoga ayah beristirahat dengan tenang dan damai disiNya mendapat tempat yang mulia dan semua amal ibadahnya di terima oleh Allah SWT.Amin.
“Ayah aku hanya bisa mengirim doa saja untukmu disaat aku merindukanmu”
gumamku dalam hati Ada sebuah sepeda tua peninggalan almarhum ayah sampai saat ini masih terawat.Sepeda itu asli buatan Belanda.Jika sekarang sudah tergolong barang antik karena sudah jarang yang punya.Kalaupun ada yang jual tentu harganya sudah mahal.Sepeda itu dulunya di pakai ayah untuk pergi ke sawah.
Sepeninggal ayah aku dan ibu hijrah ke desa tempat ibuku dilahirkan di desa Rejosari Gorang-Gareng masih satu wilayah kabupaten Magetan.Sedang kakakku masih tetap di sana di Magetan ikut nenekku (ibu dari almarhum ayahku).Kakakku bersekolah di Magetan,sedang aku di Gorang-Gareng,kami dibesarkan terpisah.Walaupun begitu kami masih sering bertemu meski satu bulan sekali.
Semenjak kepergian ayak kami jadi kesepian.Tidak ada lagi yang menggendongku saat aku nangis.Kini hanya ibuku satu-satunya tempatku bermanja.Setelah aku masuk sekolah Taman Kanak-Kanak aku mulai mengerti bahwa kehilangan ayah itu menyedihkan tetapi kita tidak boleh larut dalam kesedihan it uterus menerus.Sepeninggal ayahku ,ibu mendidikku disiplin dan bertanggung jawab.Ibu sering bilang padaku :
“Emi , kamu tidak boleh menjadi anak yang cengeng atau malas, kamu harus menjadi anak yang disiplin dan mandiri dan belajar bertanggung jawab karena ini pesan almarhum ayahmu sayang”
“Iya bu,aku berjanji menjadi anak yang rajin dan mandiri bu supaya ayah disana bahagia ” jawabku pada ibu.
Kemudian Ibu tak pernah lupa mengingatkanku untyuk selalu rajin sholat lima waktu agar aku bisa dekat dengan sang Maha Pencipta dan selali mengirimi doa untuk ayah tercinta.Aku akan selalu ingat pesan ibu bahwa yang meringankan dosa orang tua adalah doa anak-anak yang sholeh dan soleha.Makanya kau selalu rajin sholat lima waktu dan rajin berdoa untuk kedua orang tua.
Agar doa ini sampai padaNya untuk ayah dan ibu tercinta agar selalu terjaga dalam cintaNya dan LindunganNya.Amin.Ibu sosok wanita yang kuat dan tegar tidak pernah mengeluh.Sepeninggal ayahku ibuku bekerja dengan berjualan sayurmayur di pasar Gorang-Gareng.
Kini saat aku merindukan ayah aku hanya bisa berdoa sambil menatap foto ini.Foto yanh berukuran KTP dan berwarna hitam putih.
“Ayah… aku merindukanmu.Semoga ayah tenang dan bahagia di sisiNya”
Tak sadar aku cukup lama menangis mengenang ayah.Lalu segera aku beranjak dari tempat sholat.Rupanya aku cukup lama berdoa dan setelahnya aku merenung mengingat semua kenangan bersama ayah.Segera aku rapikan sajadah dann mukena kutarug di tempat biasa.
Aku segera bergegas bersiap-siap berangkat bekerja.Matahari mulai mengintip dari ufuk ronanya mulai merekah perlahan menghiasi kaki langit.
Saat memulai aktifitas rutin bekerja penugh semangat seperti pesan aayahku yang selalu ibu ingatkan padaku,bagiku ada dan tiada ayah tetap ada dalam hatiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar