Kamis, 15 Maret 2012

AKU RINDU AYAH


Embun  mulai merintik  di pertigaan malam yang  perlahan bergulir,angin dingin  menusuk tulang menerobos melalu ventilasi jendela kamar depan tempat aku membaringkan  ragaku setiap malam tiba.Sayup terdengar senandung burung mulai merdu memecah hening pertanda pagi  mulai mengelupas.Entahlah mata ini sulit terpejam  sejak tadi malam  anganku  gelisah tidak menentu,sampai malampun telah beranjak  mata inipun tidak bisa terpejam,padahal raga ini cukup letih semenjak pulang bekerja. 

“Breenk breeng “ suara kucing  menjatuhkan  tong sampah depan rumah.Suara  jengkrik masih sayup terdengar .Ada bunyi langkah kaki beberapa orang menuju ke mushola untuk shalat shubuh berjama’ah.
Adzan shubuh telah berkumandang  berseru untuk umat muslim saatnya menjalankan ibadah sholat shubuh.Aku beranjak dari tempat  tidur  dan segera kekamar mandi  untuk mandi pagi sekalian ambil air wudhu dan  segera shalat shubuh.Seperti biasa  aku selalu berdoa untuk Ibu dan ayah dan juga berdzikir  sesaat.Di situlah aku menumpahkan segala penat mengadu dan berkeluh kesah pada Nya. Padahal lebih indah lagi jika dilakukan di pertigaan malam  saat semua orang terlelap dalam mimpi kita bangun dan mengerjakan shalat  tahajud.

Entahlah aku menangis tanpa sengaja air mataku berjatuhan membasahi  sajadah ku.Tiba-tiba aku sangat merindukan  ayahku.Merindukan sosoknya yang hangat dan penuh kasih sayang.Ayahku telah  beristirahat dengan tenang disisi Allah SWT semenjak aku masih  berusia  5 tahun.Ayahku  seorang petani dan pengrajin caping (topi yang dipakai para petani yang berbentuk kerucut  lebar) yang terbuat dari anyaman bambu apus.

Kata ibu almarhum ayahku tidak sakit parah waktu itu,hanya masuk angin  dan  kelelahan sepulang dari sawah.Ayahku  seorang pekerja keras  bahunya yang kekar  dan legam terbakar matahari saat bekerja di sawah tak menyurutkan semangatnya  untuk terus bekerja untuk menghidupi keluarga.Ayah dan ibu hanya mempunyai dua orang anak yaitu kakakku laki-laki yang bernama Hari Susanto dan aku  nama lengkapku Emi Suyanti.

Sepulang dari sawah ayahku melanjutkan pekerjaan dirumah yaitu menganyam  lembaran  tipis bambu apus yang sudah  dihaluskan siap dianyam untuk membuat  topi caping.Kebetulan di rumah waktu itu ada beberapa pekerja yang setiap hari mengerjakan anyaman bambu.Kata ibuku  jika sudah  terkumpul semuanya mencapai satu mobil truk yang siap untuk dikirim dan dipasarkake daerah  Lumajang  dan Tulung Agung.

Ayahku seorang yang sangat sabar dan penyayang.Sosok ayah yang begitu hangat dan mengayomi bagi keluarga.Sebelum ayah meninggal  kami  menetap di sebuah desa Ringin Agung di Magetan.sekitar !3 kilometer dari Telaga Sarangan.Kami  keluarga sederhana yang berkecukupan  hidup  penuh dengan kebahagiaan.

Kini  aku  merindukan  kehangatan ayah  tangan kekar yang pernah menggendongku, dan  menbgusap-usap punggungku ketika  aku mau tidur.Ayah juga sesekali mendongengkan aku  cerita lucu yang mengantarkan aku tidur.Kini  aku hanya bisa mengingat kenangan indah itu.Aku hanya punya  satu foto peninggalan ayah sebagai obat kangen disaat aku merindukannya.
Aku hanya bisa berurai air mata  karena menahan rasa kangen yang teramat sangat.JIka sedang dilanda rasa ini aku hanya bisa mengirimkan doa untuk  alamrhum ayahku.Semoga  ayah beristirahat  dengan  tenang  dan damai disiNya mendapat tempat yang mulia  dan semua amal ibadahnya di terima oleh Allah SWT.Amin.
“Ayah  aku  hanya bisa mengirim doa saja untukmu disaat aku merindukanmu”
gumamku dalam hati Ada sebuah  sepeda tua peninggalan almarhum ayah sampai saat ini masih terawat.Sepeda itu asli  buatan Belanda.Jika sekarang  sudah  tergolong barang antik karena sudah jarang yang punya.Kalaupun ada  yang jual tentu harganya sudah mahal.Sepeda itu dulunya  di pakai ayah untuk pergi ke sawah.

Sepeninggal  ayah aku dan ibu hijrah ke desa  tempat ibuku dilahirkan  di desa  Rejosari  Gorang-Gareng  masih satu wilayah kabupaten  Magetan.Sedang kakakku masih tetap di sana  di Magetan ikut nenekku  (ibu dari almarhum ayahku).Kakakku  bersekolah  di Magetan,sedang aku di Gorang-Gareng,kami  dibesarkan terpisah.Walaupun begitu  kami masih sering bertemu meski satu bulan sekali.
Semenjak kepergian ayak kami jadi kesepian.Tidak ada lagi yang menggendongku saat aku nangis.Kini hanya ibuku satu-satunya tempatku bermanja.Setelah aku masuk sekolah Taman Kanak-Kanak  aku mulai mengerti  bahwa  kehilangan ayah itu menyedihkan tetapi kita tidak boleh larut dalam kesedihan it uterus menerus.Sepeninggal ayahku ,ibu  mendidikku disiplin dan bertanggung jawab.Ibu sering bilang padaku :
  “Emi , kamu tidak boleh menjadi anak yang cengeng atau malas, kamu harus menjadi anak yang  disiplin dan mandiri dan belajar bertanggung jawab karena ini pesan almarhum ayahmu sayang”
“Iya bu,aku berjanji menjadi anak yang rajin dan mandiri bu supaya ayah disana bahagia ” jawabku pada ibu.

Kemudian  Ibu  tak pernah lupa mengingatkanku untyuk selalu rajin sholat lima waktu agar aku bisa dekat dengan sang Maha Pencipta dan selali mengirimi doa untuk ayah tercinta.Aku akan selalu ingat pesan ibu bahwa  yang meringankan dosa orang tua adalah  doa anak-anak yang sholeh dan soleha.Makanya kau selalu rajin sholat lima waktu dan rajin berdoa untuk kedua orang tua.

Agar doa ini sampai padaNya  untuk  ayah dan ibu tercinta agar selalu terjaga dalam cintaNya dan LindunganNya.Amin.Ibu sosok wanita  yang kuat dan tegar  tidak pernah mengeluh.Sepeninggal ayahku ibuku bekerja dengan berjualan sayurmayur di pasar  Gorang-Gareng.

Kini  saat aku merindukan ayah aku hanya bisa berdoa sambil menatap foto ini.Foto yanh berukuran KTP dan berwarna hitam putih.
“Ayah… aku merindukanmu.Semoga ayah tenang dan bahagia di sisiNya”

Tak  sadar aku cukup lama menangis mengenang ayah.Lalu segera aku beranjak dari tempat sholat.Rupanya aku cukup lama berdoa dan setelahnya aku merenung mengingat semua kenangan bersama ayah.Segera aku rapikan sajadah dann mukena kutarug di tempat biasa.
Aku segera bergegas  bersiap-siap berangkat bekerja.Matahari mulai mengintip dari ufuk  ronanya mulai  merekah perlahan menghiasi kaki langit.

Saat memulai aktifitas rutin bekerja penugh semangat  seperti pesan aayahku yang selalu ibu ingatkan padaku,bagiku ada dan tiada  ayah tetap ada dalam hatiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar