Kamis, 15 Maret 2012

Cerita Rakyat Antara Mitos dan Nyata


ASAL USUL DAN  MITOS TELAGA URUNG


Cerita ini saya dapat dari berbagai sumber yang saya sendiri tidak bisa mengambil kesimpulan bahwa cerita ini benar kisah nyata atau hanya cerita legenda yang diyakini dari turun temurun.Saya bermaksud menceritakan kembali  untuk tambahan wawasan.Seperti di daerah lain yang juga pasti ada cerita legenda yang menceritakan asal muasal sesuatu daerah atau suatu kejadian di jaman dahulu.
Semoga cerita ini  dapat menambah  wawasan kekayaan nusantara dari berbagai daerah meskipun banyak nara sumber atau situs website lain yang terlebih dahulu menceritakan kisah ini. Entah mitos atau bukan masyarakat kota Magetan dan sekitarnya telah lama bahkan telah turun temurun mempercayai hal ini.
Setiap pasangan yang belum menikah atau sedang menjalin hubungan (kekasih) yang melewati Telaga Urung ini selalu saja gagal ditengah jalan artinya mereka tidak lanjut ke jenjang pernikahan.Tetapi  untuk  kedua orang yang saling membenci justru bisa  bersatu jika mereka dipertemukan di telaga Urung.Dahulu ketika saya masih duduk di bangku SMK  kelas satu,saya pernah  jalan-jalan ke telaga Sarangan dengan  teman dekat saya waktu itu dengan mengendarai sepeda motor dan melewati Telaga Urung. Dan waktu itu tak berapa lama kemudian kami putus hubungan.Tetapi sebelum berangkat kami berdua tidak menyakini apa-apa  ketika melintasi Telaga Urung tersebut.

Kami biasa saja tanpa berpikir takut gagal  atau putus pacaran.
Setelahnya kejadian itu saya murni menyimpulkan bahwa kami putus bukan karena melewati Telaga Urung tersebut,melainkan karena kami  memang tidak ada kecocokan satu sama lain.Bagi saya pribadi berpacaran atau menjalin suatu hubungan itu berguna untuk saling mengenal karakter masing-masing,menjajaki satu sama lain tentang kepribadian masing-masing.Bila mungkin ada kecocokan bisa saja hubungan tersebut berlanjut ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan.Tapi memang waktu itu kami masih terlalu muda karena mash sekolah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yang memang belum pantas untuk menjalin hubungan selain pertemanan.Ya karena memang kami masih harus memikirkan sekolah masing-masing.
Saya rasa semua anak-anak jaman sekarang pun sembunyi-sembunyi untuk berpacaran padahal  memang belum waktunya karena masih sekolah harus konsentrasi tentang hal sekolah.Inilah yang menjadi PR bagi semua orang tua yang harus menanamkan sikap  kepada anak-anaknya selama masih bersekolah hendaknya tidak boleh ada hubungan selain pertemanan saja.Itu akan lebih baik untuk berprestasi di bidang sekolah.

Kembali lagi pada cerita mitos tentang TELAGA URUNG yang sampai saat ini masih diyakini  sebagian masyarakat kota Magetan dan sekitarnya.
Menurut cerita yang saya peroleh dari berbagai sumber, pada zaman dulu kala di lereng gunung Lawu hiduplah seorang mahluk yang berbeda dengan manusia sekarang.Dia memiliki ukuran tubuh jauh lebih besar dari manusia dan orang-orang zaman dulu menyebutnya "raksasa".Sedang di desa Sayutan yaitu desa yang berada diantara lereng gunung Lawu dan Mbelgo ini hiduplah seorang perempuan cantik yang parasnya ayu rupawan.
Karena kecantikan dan kemolekan yang dimilikinya membuat sang raksasa jatuh hati padanya.Sang raksasapun meminang sang gadis untuk dijadikan pendampingnya,Namun pinangan tersebut ditolak oleh sang gadis. Sang raksasapun tidak terima dengan penolakan tersebut,akhirnya dia mengancam akan membunuh kedua orang tuanya dan akan menghancurkan seluruh desa Sayutan.
Karena si gadis sangat cinta dan sayang pada orang tua dan kampungnya, terpaksa sang gadispun menerima pinangan tersebut  dengan mengajukan dua persyaratan yang harus dipenuhi oleh sang raksasa.Yaitu sang gadis meminta pada sang raksasa untuk dibuatkannya sebuah telaga dengan airnya dan lengkap dengan perahu diatas air telaga tersebut di lereng gunung Mblego dalam waktu semalam saja.
Jika ditelaah cerita ini ada kemiripan dengan cerita rakyat Jawa Barat asal muasal Gungung  Tangkuban Perahu.Sang raksasapun menyanggupi dua persyaratan tersebut dengan memerintahkan para pengikutnya para jin dan pasukannya untuk membuat telaga dan sebuah perahu..Sedang sang raksasa sendiri membuat tempat penampungan air di kawasan Ngerong yang sekarang lebih dikenal oleh masyarakat luas dengan nama Telaga Urung.
Malam telah hampir menyapa pagi,telaga dan perahu yang diminta sang gadis hampir selesai di buat.. Melihat pekerjaan sang raksasa hampir selesai,sang gadis dan  para warga Sayutan menjadi gelisah dan panik.Mereka berdoa meminta petunjuk pada sang penguasa alam jagad raya ini untuk menggagalkan rakssa menyelesaian telaga dan perahu tersebut agar raksasa gagal menikahi sang gadis.Mereka berpikir mencari cara untuk menggagalkan sang raksasa.

Setelah lama berpikir akhirnya mereka mendapatkan ide yaitu dengan cara membakar merang atau daun padi kering diatas bukit Mblego agar bila dilihat dari lereng Mblego nampak seperti matahari yang kuning keemasan segera terbit.Mengetahui hari telah pagi para pengikut sang raksasa pergi karena takut dengan sinar matahari.
Sedang sang raksasa tidak terima atas kekalahannya tersebut,dia mengamuk dan menghancurkan desa Sayutan. Melihat kemarahan sang raksasa akhirnya muncul seekor gajah raksasa yang melawan dan berhasil mengalahkan sang raksasa.Karena kalah sang raksasapun menenggelamkan diri kedalam penampungan air buatannya sendiri. Tetapi sebelumnya dia telah memberikan sebuah kutukan untuk sang gadis kalau dia akan menjadi perawan tua seumur hidupnya dan kutukan tersebut menjadi kenyataan.

Sang raksasapun juga akan memisahkan para pasangan kekasih yang melintasi tempat keabadiannya atau telaga Urung tersebut,namun sebaliknya dia akan mempersatukan orang yang saling membenci.
Sementara itu sang gajah saksasa demi berjaga-jaga kalau sang raksasa datang membalas dendam,diapun menetap dilreng gunung  Mblego.Dan lambat laun tubuhnyapun menyatu dengan gunung Mblego hingga sekarang. Pembaca boleh mengabadikan keajaiban ini dengan mempotret gunung Mblego dari arah utara,maka akan tampak seperti seekor gajah yang sedang tidur.
Tetapi bisa juga  untuk melihatnya dari desa "Taman Sari" Parang atau dari bukit "Sari Guna" akan tampak lebih jelas.Sedangkan telaga yang dibuat oleh para pengikut sang raksasa oleh para warga "Trosono" diberi nama Telaga Urung pula yang maksudnya "urung dadi" (belum jadi). Entah karena pengaruh kutukan sang raksasa atau memang kondisi tanahnya,telaga tersebut tidak berair hingga sekarang meskipun hujan sangat deras.

Nah bagi pembaca yang penasaran dan ingin membuktikan kebenaran dari cerita ini,bisa berkunjung ke kota Magetan dan menikmati sejuknya  kota dingin "MITRA". Jika pembaca yang senang berpetualang dengan hal-hal mistis dapat membuktikan aura gaib dan mistiknya telaga Urung Ngerong,yang hingga sekarang masih diyakini oleh warga Magetan dan sekitarnya. Dan jangan lupa naik ke Telaga Sarangan dan grojogan Sewu lereng Lawu.
Kisah ini merupakan warisan leluhur yang merupakan kekayaan nusantara yang harus kita jaga  kelestariannya.Dan terlebih penting kita menjaga kelestarian alam ini agar tetap terjaga keseimbangannya.

Hindari merusak alam,menebangi pohon-pohon secara besar-besaran tanpa reboisasi.Ini akan mengancam kelestarian alam dapat mengakibatkan tanah longsor .
Pada hakikatnya semua makhluk hidup di atas bumi ini berhak hidup.Maka sudah menjadi tugas kita manusia untuk menjaga kelestariandemi kelangsungan hidup yang akan datang.

ASAL USUL   TELAGA  SARANGAN 

Pada zaman dahulu kala hiduplah sepasang suami istri yang bernama Kyai Pasir dan Nyai Pasir di lereng Gunung Lawu.Mereka berdua tinggal di sebuah pondok kecil yang sangat sederhana. Pondok itu dibuat dari kayu hutan dan beratapkan dedaunan. Dengan pondok yang sangat sederhana ini keduanya sudah merasa sangat aman serta tidak takut akan bahaya yang menimpanya, seperti gangguan binatang buas dan sebagainya.

Lebih-lebih mereka telah lama hidup di hutan  tersebut sehingga paham terhadap situasi lingkungan sekitar dan pasti dapat mengatasi segala gangguan yang mungkin akan menimpa dirinya.Dengan suasana yang damai dan tentram mereka hidup berkecukupan.Keindahan alam dilereng gunung Lawu cukup memberikan kecukupan pada mereka dan seluruh penduduk di sekitarnya sebagai petani ladang.
Pada suatu hari pergilah Kyai Pasir ke hutan dengan maksud bercocok tanam sesuatu di ladangnya, sebagai mata pencaharian untuk hidup sehari-hari. Oleh karena ladang yang akan ditanami banyak di tumbuhi pohon-pohon besar,Kyai Pasir terlebih dahulu menebang beberapa pohon besar itu satu demi satu.
Tiba-tiba Kyai Pasir terkejut karena menemukan sebutir telur  terletak di bawah salah satu pohon yang hendak ditebangnya. Diperhatikan telur tersebut sejenak sambil bertanya di dalam hatinya, telur apa gerangan yang ditemukan itu. Padahal di sekitarnya tidak tampak binatang unggas seekorpun yang biasa bertelur.Tanpa berpikir panjang lagi, Kyai Pasir segera pulang membawa telur itu lalu diberikan kepada isterinya.Nyai Pasir.
Kyai Pasir menceritakan kepada Nyai Pasir awal pertamanya menemukan telur itu, sampai dia membawanya pulang. Akhirnya sepasang suami isteri itu sepakat, telur temuan tersebut untuk direbus. Setelah masak, sebagian atau setengahnya telur  rebus itu diberikan  Nyai Pasir  kepada suaminya, lalu telur itupun segera dimakan oleh Kyai Pasir dengan sangat lahapnya. Setelah makan, kemudian Kyai Pasir berangkat lagi ke ladang untuk bermaksud meneruskan pekerjaan menebang pohon dan bercocok tanam.
Dalam perjalanan kembali ke ladang, Kyai Pasir masih merasakan nikmat telur yang baru saja dimakannya. 

Namun setelah tiba di ladang, badannya terasa panas, kaku serta sakit sekali.Mata berkunang-kunang, keringat dingin keluar membasahi sekujur tubuhnya. Derita ini datangnya secara tiba-tiba, sehingga Kyai Pasir tidak mampu menahan sakit itu dan akhirnya merebah ke tanah.
Kyai Pasir dalam  kebingungan sebab sekujur badannya kaku serta sakit bukan kepalang, dalam keadaan yang sangat kritis ini Kyai Pasir berguling-guling di tanah kesana kemari dengan dahsyatnya, Kejadian gaib menimpa Kyai Pasir, tiba-tiba badannya berubah wujud menjadi ular naga yang besar, bersungut, berjampang sangat menakutkan. Ular Naga itu berguling kesana kemari tanpa henti-hentinya.

Konon Nyai Pasir yang tinggal di rumah dan juga makan setengah dari telur yang direbus tadi, dengan tiba-tiba mengalami nasib yang sama seperti yang dialami suaminya Kyai Pasir. Sekujur tubuhnya menjadi sakit, kaku dan panas bukan main. Nyai Pasir menjadi kebingungan, lari kesana kemari, tak karuan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Karena derita yang disandang ini akhirnya Nyai Pasir lari ke ladang bermaksud menemui suaminya untuk minta pertolongan. Tetapi apa yang dijumpai, bukannya Kyai Pasir, melainkan seekor ular naga yang besar sekali juga menakutkan. Melihat ular naga yang besar itu Nyai Pasir terkejut dan takut bukan kepalang. Tetapi karena sakit yang disandangnya semakin parah,
Nyai Pasir tidak mampu lagi bertahan dan merebahlah ke tanah. Nyai Pasir mangalami nasib gaib yang sama seperti yang dialami suaminya. Begitu ia rebah ke tanah, badannya berubah wujud menjadi seekor ular naga yang besar, bersungut, berjampang, giginya panjang dan runcing sangat mengerikan.
Kedua naga itu akhirnya berguling-guling kesana kemari, bergeliat-geliat di tanah ladang itu, menyebabkan tanah tempat kedua naga berguling-guling itu menjadi berserakan dan bercekung-cekung seperti dikeduk-keduk. Cekungan itu makin lama makin luas dan dalam, sementara kedua naga besar itu juga semakin dahsyat pula berguling-guling, namun tiba-tiba dari dalam cekungan tanah yang dalam serta luas itu menyembur air yang besar memancar kemana-mana.
Dalam waktu sekejap saja, cekungan itu sudah penuh dengan air dan ladang Kyai Pasir berubah wujud mejadi kolam besar yang disebut Telaga. 

Telaga inilah yang  oleh masyarakat setempat terdahulu dinamakan Telaga Pasir, karena telaga ini terwujud disebabkan oleh ulah Kyai Pasir dan Nyai Pasir. Telaga pasir atau Telaga sarangan  terletak di kabupaten Magetan,Jawa Timur.
Bagi pembaca yang menyukai wisata pengunungan maupun air, jika melewati kota Madiun maupun kota Ngawi.. rasanya kurang pas kalau tidak menyempatkan diri untuk singgah ke Telaga Sarangan.Telaga Sarangan atau juga dikenal sebagai telaga pasir ini adalah sebuah telaga alami yang terletak di kaki Gunung Lawu, di Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Berjarak sekitar 16 kilometer arah barat kota Magetan. Telaga ini luasnya sekitar 30 hektar dengan berkedalaman 28 meter ,suhu udara di tempat rekreasi ini bekisar antara 18 hingga 25 derajat Celsius, yang mampu menarik ratusanribu pengunjung setiap tahunnya.

Telaga Sarangan merupakan obyek wisata yang terkenal andalan kota Magetan. Di sekeliling telaga terdapat dua hotel berbintang, beberapa hotel kelas melati, dan beberapa pondok wisata bahkan saat ini jumlahnya sudah semakin bertambah. Di samping itu puluhan kios cendera mata yang  menawarkan berbagai makanan, minuman dan  kerajinan tradisional. pengunjung dapat pula menikmati indahnya Sarangan dengan berkuda mengitari telaga, atau mengendarai kapal cepat/speedboat. Fasilitas obyek wisata lainnya pun tersedia, misalnya air terjun Grojogan Sewu, rumah makan, tempat bermain, pasar wisata, tempat parkir, sarana telepon umum, tempat ibadah, dan taman.

1 komentar:

  1. Syukur Alhamdulillah di tahun ini Saya mendapatkan Rezeki yg berlimpah sebab sudah hampir 9 Tahun Saya bekerja di (MALEYSIA) tdk pernah menikmati hasil jeripaya saya karna Hutang keluarga Sangatlah banyak namun Akhirnya, saya bisa terlepas dari masalah Hutang Baik di bank maupun sama bos saya di Tahun yg penuh berkah ini,
    Dan sekarang saya bisa pulang ke Indonesia dgn membawakan Modal buat Keluarga supaya usaha kami bisa di lanjutkan lagi,dan tak lupa saya ucapkan Terimah kasih banyak kepada SHOLEH PATY karna Beliaulah yg tlah memberikan bantuan kepada kami melalui bantuan Nomor Togel jadi sayapun berhasil menang di pemasangan Nomor di TOTO MAGNUM dan menang banyak
    Jadi,Bagi Teman yg ada di group ini yg mempunyai masalah silahkan minta bantuan Sama KI SHOLEH PATY dgn cara tlp di Nomor ;0825-244-669-169 percaya ataupun tdk itu tergantung sama anda Namun inilah kisa nyata saya

    BalasHapus